Sesungguhnya bukanlah denyut-denyut nikmat Bukan pula bumbu-bumbu sedap yang selalu kucari Tapi sebentuk nyaman . . . Yang mengalir mendekap di laju darahku
Dari setiap simpang dan perhentian Benderang dan redupnya Di sela ruang yang basah lalu Dan semua yang menjadi kaku dan layu
Adakah kau bertatap sama Menyentuh dengan jari-jari yang sama Menjadi dan jadikan kusut mengukir Frasa kosong kemudian lekas berbutir Aku takkan kembali Berjalan dan tak hirau memori Pasat netra terhadap lengkung pelangi Entah . . . Sekeping kecil hanya kugenggam kini.
1 komentar:
Yang Berkunjung, Wajib Komentar