Ungkapan Hidup
Pagi ini saya ingin mengambil sebuah Kata Mutiara yang akan menunjukan bahwa kita semua adalah individu yang sangat berharga
“What lies behind us, and what lies before us are small matters compared to what lies within us.” - Ralph Waldo Emerson
Kalo diterjemahkan bahasa awannya kira-kira seperti ini Apa yang terjadi disekelilingmu tidak lebih berarti dengan apa yang terjadi didalam dirimu, ini menandakan bahwa kejadian yang terjadi, masalah yang sedang dihadapi sesungguhnya tidak ada artinya karena masalah tersebut akan menjadi debu yang ditiupkan oleh angin. Namun inti dari masalah tersebut adalah bagaimana pribadi kita menyikapi permasalahan yang telah terjadi dan mengambil makna dari kejadian tersebut...
So Keep Spirit menjalani hidup teman... :)
Ini adalah HIDUPMU...
Ini adalah HIDUPMU...
Ketika sepi ditengah pasar
namun, hidup terasa sempit, dan sumpek
berjalan menyusuri sungai
dunia terlihat angkuh
iri melihat jiwa-jiwa tertawa
diirimu adalah kepentingan umum
mengalirlah dengan tenang
menambang hidup dengan ilmu
meresapi arti hidup dengan ringan
menatap dunia dengan kebutaan
menghirup kekuatan persahabatan
melata dengan rasa yang terbaik
marilah saudaraku
hidup ini hanya sekali
jangan kau kotori dengan ketakutanmu
perjuangkan yang terbaik
ciptakan harmoni yang seimbang
dengan rasa yang sempurna
acuhkan duri runcing
lelehkan baja kegelapan
bersihkan pandangan dari debu yang tak terlihat
karena ini adalah HIDUPMU...
Hidup adalah sebuah Cerita
Setiap hari hidup ini ditulis,
Hidup seperti sebuah cerita, kita adalah karakter di dalamnya, kita harus memainkan peran kita sendiri.
Semua hari (seperti adegan) ditulis, jadi satu-satunya hal yang harus kita lakukan adalah kita harus dapat bermain dengan mengambil bagian dari peran itu, Kita harus menjalani setiap hari dengan banyak kesabaran dan keberanian dan berpikir untuk esok yang lebih baik.
Hidup seperti sebuah cerita, kita adalah karakter di dalamnya, kita harus memainkan peran kita sendiri.
Semua hari (seperti adegan) ditulis, jadi satu-satunya hal yang harus kita lakukan adalah kita harus dapat bermain dengan mengambil bagian dari peran itu, Kita harus menjalani setiap hari dengan banyak kesabaran dan keberanian dan berpikir untuk esok yang lebih baik.
FIRASAT MAMA (Sebuah Cerpen)
Oleh La Bidu Taking
Ketika cinta jatuh di hatimu, ke mana kamu akan mengadu? Dulu jawabanku hanya satu. Aku akan berlabuh di pelukan mama, membagi getar-getar bahagia yang terkadang membuat gugup. Getar cinta!
Abidzar! Cowok yang pernah hilang dari mataku. Tapi di hatiku tidak! Kini hadir lagi. Berdiri di depanku, mengulurkan tangan untukku. Dan ketika aku sambut uluran itu, suara seraknya melantunkan kata maaf diikuti tatapan mata yang menyiratkan sesal, karena telah meninggalkanku kemarin. Kata hatiku percaya, maaf dan sesal yang dilantunkan Abid itu tulus tapi haruskah kepercayaan itu membuatku kembali ke pelukannya? Kesalahan Abid di masa lalu bukan kesalahan kecil. Dia menghilang begitu saja dari kehidupanku, setelah sebelumnya menyakitiku dengan menduakanku.
Dulu saat Abid pertama datang mengatasnamakan cintanya untukku. Pelarianku adalah mama. Mama seorang! Karena untuk berbagi ke papa adalah mustahil. Hingga usiaku menginjak delapan belas. Aku belum pernah melihat langsung wajah papa. Hanya dalam photo pernikahannya dengan mama!
Saat aku masih kecil, pertanyaanku tentang papa selalu mendapat jawaban yang mengenaskan. Papa mati karena kecelakaan. Dan air mata mama pasti mengalir deras mengiringi kisah itu. Tapi di usiaku yang ke tujuh belas, tahun kemarin! Bertepatan dengan kedatangan Abid untuk kukenalkan pada mama. Mama bercerita lain lagi tentang papa.
"Ini adalah kisah yang sebenarnya. Dan aku pikir kamu memang harus tahu kebenaran itu. Firasatku mengatakan, papa kamu masih hidup. Cuma aku tak tahu dia sekarang di mana," ucap mama saat itu. Masih lancar, belum ada air mata yang menyendatkan kalimatnya.
"Lalu kenapa nggak pernah menemui mama." tanyaku langsung.
"Eyang dari papamu tak menginginkan itu. Mama terlahir dari keluarga yang berkubang kemiskinan. Eyangmu yang telah mengalirkan darah biru di kehidupan papa, tak bisa menerima kehadiran mama meski kami telah membuktikan cinta kami dengan pernikahan yang sah setelah lari dari rumah."
Kurasakan hatiku seperti teriris. Sakit yang kurasakan begitu perih. Lebih perih ketika mama bercerita bahwa papa meninggal dalam kecelakaan.
"Lebih sakit lagi, papamu diseret dari kehidupanku. Bahkan papamu yang memang tak berpendirian tunduk untuk dinikahkan lagi tanpa harus berpikir bagaimana nasibmu yang masih dalam kandungan."
Air mata mama mengalir lagi. Hingga sepatah kata pun untuk Abid, tak ada! Hingga kemudian mama beranjak ke kamar. Meninggalkan aku dan Abid. Aku tak tahu apa yang ada di benak Abid malam itu. Dia banyak diam, mungkinkah dia kecewa dengan keadaan keluargaku? Entahlah. Yang jelas sejak saat itu Abid berubah drastis. Bahkan berkesan sengaja menggandeng cewek lain di depanku. Sakit sekali!
Dan kini, saat sisa cinta untuk Abid masih selalu meresahkan tidurku, menyiksa hatiku. Abid datang lagi. Jika aku harus mengikuti kata hatiku, itu berarti aku akan menerima kehadiran Abid lagi. Aku masih mencintainya! Tapi, mungkinkah mama menyetujuinya? Mama tahu Abid telah melukaiku. Bahkan pernah berkata, sorot mata Abid mengingatkan dia pada papa dan bukan tak mungkin Abid itu adalah cowok yang tak punya pendirian. Tidak bertanggung jawab seperti papa. Dan firasat mama itu terbukti dengan kenyataan perih yang Abid sodorkan untukku.
Untuk menerima Abid kembali tanpa persetujuan mama rasanya tak mungkin juga aku lakukan. Mama satu-satunya yang menjadi teman curhatku, dan itu sejak aku masih kecil. Mungkin karena aku tak punya saudara dan juga papa yang membuatku bisa menyisihkan sebagian permasalahanku, tanpa harus lari ke mama.
"Ma!" ucapku menyebut namanya. Meski belum berani untuk mengungkapkan keresahanku.
"Aku tahu kamu punya masalah. Firasatku mengatakan begitu. Akhir-akhir ini kamu menyembunyikannya untukku. Atau mama tak bisa lagi dianggap sebagai teman curhat?" ungkap mama membuatku semakin tak tahu harus mulai dari mana untuk bicara tentang Abid.
"Kamu jatuh cinta lagi?" lanjut mama, yang kubalas dengan anggukan.
"Itu tak salah," ungkapnya lagi. "Tapi kamu harus hati-hati. Jangan sampai kamu harus bertemu lagi dengan cowok bejat seperti Abid. Bukankah dari pertama kamu kenalkan aku pada Abid, aku sudah beranggapan lain tentangnya. Tapi kamu terus membelanya"
Cowok bejat! Abid telah mendapat julukan seperti itu dari mama. Tapi kenapa aku tak bisa mencap Abid seperti itu? Bahkan hatiku terbuka lebar untuk menerima kehadiranya lagi.
"Tapi cinta yang kurasakan kini, Mam! Masih cinta untuk Abid!" ungkapku tanpa berani menatap mama.
Mama langsung berbalik ke arahku. Tapi sedikit pun aku tak bisa berbalik untuk menatapnya. Aku tahu mama kaget dengan kalimatku itu.
"Jika kamu masih mau merasakan luka yang lebih perih dari yang pernah kamu rasakan. Silakan kamu menerimanya kembali."
"Mama jangan menganggap semua lelaki di dunia ini sama seperti papa. Tahunya hanya membuat luka, mengecewakan!"
"Nia, aku berani cerita jujur tentang papamu yang sebenarnya tidak meninggal dalam kecelakaan dan kemungkinan masih hidup karena melihat sorot mata dan tingkah laku Abid. Dia mengingatkanku pada papamu. Dan firasatku mengatakan jika dia tak ada bedanya dengan papamu. Cowok yang tidak bertanggung jawab!" tegas mama.
Aku terdiam. Seperti yang kuduga, mama tidak akan pernah menyutujui hubunganku lagi dengan Abid. Dan itu berarti, anganku untuk memiliki Abid kembali harus pupus hingga di sini. Aku tak ingin mengecewakan mama dengan tindakan yang tidak disetujuinya. Aku tak ingin melukainya dengan kebahagiaanku. Bagaimana pun mama satu-satunya yang ada dalam kehidupanku selama ini.
Minggu pagi. Aku jalan-jalan ke rumah Abid. Dia yang ngajak, lagi pula aku tak mungkin mengajak Abid ke rumah. Mama pasti tak setuju Abid berkunjung ke rumah
Rumah Abid cukup megah. Tapi berkesan sepi, hanya seorang tukang kebun yang menerima kehadiranku. Itu pun aku harus ditinggal di teras depan saat dia masuk memanggil Abid. Hampir sepuluh menit aku menunggu baru kemudian Abid muncul dengan wajah segarnya. Dia baru saja mandi.
Abid mendesah panjang. Aku tahu, dia sedang berpikir, merangkai kalimat yang tepat untuk meminta jawabanku setelah kemarin dia melantunkan sesal. Aku ikut gelisah, tak tahu harus ngomong apa. Padahal seharusnya aku yang angkat bicara duluan karena jawabanku telah pasti. Aku tak bisa menerima cintanya lagi! Tapi alasanku apa? Aku tak mungkin membawa nama mama dalam persoalan ini meskipun jawaban tentang pertanyaan Abid kudapat dari mama. Atau apa aku harus menolak cinta kedua Abid dengan alasan perbedaan usia antara kami?
Abid memang lebih muda dariku, tapi tidak sampai beda setahun! Dan jika itu yang jadi alasanku, mengapa aku tidak menyodorkannya saat pertama Abid datang mengungkapkan cintanya dulu.
"Kirain kamu nggak datang," ucapnya juga akhirnya setelah menyadari kami terdiam beberapa menit di teras. "Sori aku di kamar mandi saat kamu datang tadi. Masuk, yuk!"
Kuikuti langkahnya. Tapi sungguh tak kumengerti saat hendak kurapatkan duduk di kursi ruang tamu. Tiba-tiba Abid meraih pergelanganku, mengajakku untuk mengikuti langkahnya lebih ke dalam lagi. Tapi bagaimana mungkin itu kulakukan, aku kan baru berkunjung ke rumah ini. Saat kutepis pegangan Abid, dia tambah mengencangkan genggaman. Lenganku sampai sakit.
Aku teringat mama. Firasat mama tentang Abid yang bejat benar adanya.
"Apa-apan sih!" bentakku meronta hendak melepaskan cengkeraman tangannya.
Dia tak bergeming. Hanya berbalik menatapku dingin. Setelah itu, dia menarik lenganku lagi. Dadaku berdebar kencang. Baru kusesali, mengapa aku tak mendengarkan nasehat mama untuk menjauhi Abid. Firasat mama memang tak pernah salah. Lalu apa yang harus kuperbuat sekarang? Rumah megah ini sepertinya hanya dihuni oleh Abid dan aku. Teriakku hanya percuma.
Di ruang tengah. Abid membuka sebuah kamar lalu menyeretku masuk ke dalamnya. Aku ingin teriak. Meronta! Tapi pemandangan yang kudapatkan di dalam sana membuatku terpaksa mengurungkan niat itu. Di atas spring bed sana terbaring seorang lelaki tua. Kumis dan jenggot tumbuh liar di wajahnya, mata cekung dan tubuh kurusnya berjuntaian kabel-kabel infus. Abid melepaskan cengkeramannya di lenganku. Menghampiri lelaki itu dan entah kenapa, aku mengikuti langkahnya.
Dari matanya tersorot tatapan yang seolah pernah aku dapatkan sebelumnya. dan kalau pun tatapan itu tiada beda dengan tatapan Abid tapi hati kecilku masih yakin, jika aku pernah mendapatkan tatapan itu sebelumnya. Lelaki itu menangis! Juga Abid. Mungkinkah Abid memperkenalkan aku pada papanya sebagai orang yang akan menemani hidup Abid, jika kelak papanya meninggal?
"Nia, dia papaku! Dan harus kamu tahu juga jika lelaki tua ini adalah papamu."
Seperti sebuah petir menggelegar. Tapi hanya terdengar dalam kamar ini karena cuaca sedang terik di luar sana.
Lelaki tua itu meraih tanganku bahkan menciumnya. Dia mengangguk kemudian sebagai sebuah isyarat agar aku memeluk tubuhnya. Tapi itu tak aku lakukan. Kalau pun dia adalah papaku, bukankah kemarin dia telah menelantarkan hidupku. Melukai mama! Aku ingin berlari keluar, tapi aku tak tahan juga melihat tatapannya yang begitu bahagia seakan melepas semua kerinduannya untukku.
"Sebulan sudah dia mengering di sini," ungkap Abid menangis.
"Apa peduliku," ucapku membuat keduanya tersentak. Aku berlari keluar. Tapi saat di luar kamar Abid kembali menggenggam tanganku.
"Dia papamu, Nia! Kamu harus percaya itu."
"Jika dia adalah papaku, kenapa dia tak pernah mau tahu bagaimana nasibku."
Abid menatapku tajam. Kedua rahangnya terkatup keras seakan menahan gemuruh emosi yang kini menderanya. Dan memang, semenit kemudian tanpa pernah kuduga dia mendaratkan tamparan kerasnya ke wajahku. Perih sekali!
"Nia, karena kamu dan mamamu. Aku hidup dalam broken home. Papa tak pernah mencintai mamaku. Dia bahkan mengusir mamaku dari rumah ini. Bertahun-tahun dia mencari kamu dan mamamu, tanpa pernah mau tahu ke mana mamaku hidup, setelah dia usir dari rumah ini. Aku menderita karena kamu, Nia! Dan saat sebuah takdir mempertemukan kita dan mendengar semua cerita mamamu. Aku yakin kamulah yang selama ini menjadi bayang-bayang dalam kehidupanku. Dan jangan salahkan jika kemarin aku membalas sakit hatiku dengan melukaimu. Tapi melihat papa yang sakit-sakitan, aku tak tega untuk tidak menemuimu. Dia papamu juga!"
Aku terdiam. Aku ingin berbalik kembali melihat lelaki tua di kamar yang ternyata adalah papaku. Tapi bayangan air mata mama setiap bercerita tentang papa, tak mengijinkan aku untuk itu. Aku bergegas pergi.
"Nia, kamu tega melakukan ini?" ucap Abid menghalang langkahku.
Aku tetap melangkah.
Terus melangkah hingga akhirnya kudapatkan mama di rumah sedang duduk sendiri. Aku yakin, dia berpikir tentangku. Kutata rapi hatiku. Aku tak ingin mama tahu aku habis menemui Abid, apalagi sampai tahu kalau Abid adalah anak papa juga. Aku tak ingin mama terluka lagi.
"Mama melamun, ya?" godaku.
Mama masih diam seolah tak menyaksikan kehadiranku. Bahkan sedetik kemudian kudapatkan air matanya bergulir di pipi. Mungkinkah mama punya firasat kalau aku habis menemui Abid? Aku lebih baik jujur sebelum mama menginterogasiku.
"Maafkan aku, Ma! Aku menemui Abid hanya untuk mengatakan bahwa aku tak bisa menerima kehadirannya lag," ucapku meraba pundaknya.
"Mama yang salah. Wajah polos Abid mengingatkanku pada papamu. Dan luka masa lalu itu telah membuatku membencinya. Harusnya Abid kujadikan tempat untuk melepaskan rinduku pada papa."
"Mama rindu pada papa?" tanyaku antusias.
Mama mengangguk. Aku langsung menghambur ke pelukan mama. Tangisku di rumah Abid kini terulang lagi.
"Mama keliru telah membenci papamu, padahal aku tahu dia mencintaiku. Tapi eyangmu yang tak mengijinkan kami untuk bersatu."
Kulepaskan pelukanku pada mama. Ketika benakku berpikir untuk mengajak mama menemui papa tiba-tiba ponselku berdering. Dan itu dari Abid.
"Papa sekarat. Yah, papa! Kamu mau mengakuinya atau nggak, tapi itulah kenyataan. Dia selalu mengingau menyebut namamu."
Aku tak bisa bicara apa-apa. Air mataku luruh membayangkan wajah lelaki tua yang baru saja aku sakiti hatinya.
"Dari siapa?" tanya mama melihat diamku.
"Abid."
"Mendengar nama Abid kali ini seperti memberi firasat pada mama, papamu sekarang sedang tersiksa bahkan mungkin telah meninggal."
Aku tersentak. Tiba-tiba saja aku tak ingin kehilangan lelaki tua itu. Papaku! Cepat kutarik lengan mama dan mengajaknya ke rumah Abid, meski bibirku belum sanggup bicara tentang papa pada mama. Aku ingin mama tahu dan melihat sendiri apa yang akan terjadi di sana. Dan semoga saja firasat mama kali ini meleset.
Ketika cinta jatuh di hatimu, ke mana kamu akan mengadu? Dulu jawabanku hanya satu. Aku akan berlabuh di pelukan mama, membagi getar-getar bahagia yang terkadang membuat gugup. Getar cinta!
Abidzar! Cowok yang pernah hilang dari mataku. Tapi di hatiku tidak! Kini hadir lagi. Berdiri di depanku, mengulurkan tangan untukku. Dan ketika aku sambut uluran itu, suara seraknya melantunkan kata maaf diikuti tatapan mata yang menyiratkan sesal, karena telah meninggalkanku kemarin. Kata hatiku percaya, maaf dan sesal yang dilantunkan Abid itu tulus tapi haruskah kepercayaan itu membuatku kembali ke pelukannya? Kesalahan Abid di masa lalu bukan kesalahan kecil. Dia menghilang begitu saja dari kehidupanku, setelah sebelumnya menyakitiku dengan menduakanku.
Dulu saat Abid pertama datang mengatasnamakan cintanya untukku. Pelarianku adalah mama. Mama seorang! Karena untuk berbagi ke papa adalah mustahil. Hingga usiaku menginjak delapan belas. Aku belum pernah melihat langsung wajah papa. Hanya dalam photo pernikahannya dengan mama!
Saat aku masih kecil, pertanyaanku tentang papa selalu mendapat jawaban yang mengenaskan. Papa mati karena kecelakaan. Dan air mata mama pasti mengalir deras mengiringi kisah itu. Tapi di usiaku yang ke tujuh belas, tahun kemarin! Bertepatan dengan kedatangan Abid untuk kukenalkan pada mama. Mama bercerita lain lagi tentang papa.
"Ini adalah kisah yang sebenarnya. Dan aku pikir kamu memang harus tahu kebenaran itu. Firasatku mengatakan, papa kamu masih hidup. Cuma aku tak tahu dia sekarang di mana," ucap mama saat itu. Masih lancar, belum ada air mata yang menyendatkan kalimatnya.
"Lalu kenapa nggak pernah menemui mama." tanyaku langsung.
"Eyang dari papamu tak menginginkan itu. Mama terlahir dari keluarga yang berkubang kemiskinan. Eyangmu yang telah mengalirkan darah biru di kehidupan papa, tak bisa menerima kehadiran mama meski kami telah membuktikan cinta kami dengan pernikahan yang sah setelah lari dari rumah."
Kurasakan hatiku seperti teriris. Sakit yang kurasakan begitu perih. Lebih perih ketika mama bercerita bahwa papa meninggal dalam kecelakaan.
"Lebih sakit lagi, papamu diseret dari kehidupanku. Bahkan papamu yang memang tak berpendirian tunduk untuk dinikahkan lagi tanpa harus berpikir bagaimana nasibmu yang masih dalam kandungan."
Air mata mama mengalir lagi. Hingga sepatah kata pun untuk Abid, tak ada! Hingga kemudian mama beranjak ke kamar. Meninggalkan aku dan Abid. Aku tak tahu apa yang ada di benak Abid malam itu. Dia banyak diam, mungkinkah dia kecewa dengan keadaan keluargaku? Entahlah. Yang jelas sejak saat itu Abid berubah drastis. Bahkan berkesan sengaja menggandeng cewek lain di depanku. Sakit sekali!
Dan kini, saat sisa cinta untuk Abid masih selalu meresahkan tidurku, menyiksa hatiku. Abid datang lagi. Jika aku harus mengikuti kata hatiku, itu berarti aku akan menerima kehadiran Abid lagi. Aku masih mencintainya! Tapi, mungkinkah mama menyetujuinya? Mama tahu Abid telah melukaiku. Bahkan pernah berkata, sorot mata Abid mengingatkan dia pada papa dan bukan tak mungkin Abid itu adalah cowok yang tak punya pendirian. Tidak bertanggung jawab seperti papa. Dan firasat mama itu terbukti dengan kenyataan perih yang Abid sodorkan untukku.
Untuk menerima Abid kembali tanpa persetujuan mama rasanya tak mungkin juga aku lakukan. Mama satu-satunya yang menjadi teman curhatku, dan itu sejak aku masih kecil. Mungkin karena aku tak punya saudara dan juga papa yang membuatku bisa menyisihkan sebagian permasalahanku, tanpa harus lari ke mama.
"Ma!" ucapku menyebut namanya. Meski belum berani untuk mengungkapkan keresahanku.
"Aku tahu kamu punya masalah. Firasatku mengatakan begitu. Akhir-akhir ini kamu menyembunyikannya untukku. Atau mama tak bisa lagi dianggap sebagai teman curhat?" ungkap mama membuatku semakin tak tahu harus mulai dari mana untuk bicara tentang Abid.
"Kamu jatuh cinta lagi?" lanjut mama, yang kubalas dengan anggukan.
"Itu tak salah," ungkapnya lagi. "Tapi kamu harus hati-hati. Jangan sampai kamu harus bertemu lagi dengan cowok bejat seperti Abid. Bukankah dari pertama kamu kenalkan aku pada Abid, aku sudah beranggapan lain tentangnya. Tapi kamu terus membelanya"
Cowok bejat! Abid telah mendapat julukan seperti itu dari mama. Tapi kenapa aku tak bisa mencap Abid seperti itu? Bahkan hatiku terbuka lebar untuk menerima kehadiranya lagi.
"Tapi cinta yang kurasakan kini, Mam! Masih cinta untuk Abid!" ungkapku tanpa berani menatap mama.
Mama langsung berbalik ke arahku. Tapi sedikit pun aku tak bisa berbalik untuk menatapnya. Aku tahu mama kaget dengan kalimatku itu.
"Jika kamu masih mau merasakan luka yang lebih perih dari yang pernah kamu rasakan. Silakan kamu menerimanya kembali."
"Mama jangan menganggap semua lelaki di dunia ini sama seperti papa. Tahunya hanya membuat luka, mengecewakan!"
"Nia, aku berani cerita jujur tentang papamu yang sebenarnya tidak meninggal dalam kecelakaan dan kemungkinan masih hidup karena melihat sorot mata dan tingkah laku Abid. Dia mengingatkanku pada papamu. Dan firasatku mengatakan jika dia tak ada bedanya dengan papamu. Cowok yang tidak bertanggung jawab!" tegas mama.
Aku terdiam. Seperti yang kuduga, mama tidak akan pernah menyutujui hubunganku lagi dengan Abid. Dan itu berarti, anganku untuk memiliki Abid kembali harus pupus hingga di sini. Aku tak ingin mengecewakan mama dengan tindakan yang tidak disetujuinya. Aku tak ingin melukainya dengan kebahagiaanku. Bagaimana pun mama satu-satunya yang ada dalam kehidupanku selama ini.
Minggu pagi. Aku jalan-jalan ke rumah Abid. Dia yang ngajak, lagi pula aku tak mungkin mengajak Abid ke rumah. Mama pasti tak setuju Abid berkunjung ke rumah
Rumah Abid cukup megah. Tapi berkesan sepi, hanya seorang tukang kebun yang menerima kehadiranku. Itu pun aku harus ditinggal di teras depan saat dia masuk memanggil Abid. Hampir sepuluh menit aku menunggu baru kemudian Abid muncul dengan wajah segarnya. Dia baru saja mandi.
Abid mendesah panjang. Aku tahu, dia sedang berpikir, merangkai kalimat yang tepat untuk meminta jawabanku setelah kemarin dia melantunkan sesal. Aku ikut gelisah, tak tahu harus ngomong apa. Padahal seharusnya aku yang angkat bicara duluan karena jawabanku telah pasti. Aku tak bisa menerima cintanya lagi! Tapi alasanku apa? Aku tak mungkin membawa nama mama dalam persoalan ini meskipun jawaban tentang pertanyaan Abid kudapat dari mama. Atau apa aku harus menolak cinta kedua Abid dengan alasan perbedaan usia antara kami?
Abid memang lebih muda dariku, tapi tidak sampai beda setahun! Dan jika itu yang jadi alasanku, mengapa aku tidak menyodorkannya saat pertama Abid datang mengungkapkan cintanya dulu.
"Kirain kamu nggak datang," ucapnya juga akhirnya setelah menyadari kami terdiam beberapa menit di teras. "Sori aku di kamar mandi saat kamu datang tadi. Masuk, yuk!"
Kuikuti langkahnya. Tapi sungguh tak kumengerti saat hendak kurapatkan duduk di kursi ruang tamu. Tiba-tiba Abid meraih pergelanganku, mengajakku untuk mengikuti langkahnya lebih ke dalam lagi. Tapi bagaimana mungkin itu kulakukan, aku kan baru berkunjung ke rumah ini. Saat kutepis pegangan Abid, dia tambah mengencangkan genggaman. Lenganku sampai sakit.
Aku teringat mama. Firasat mama tentang Abid yang bejat benar adanya.
"Apa-apan sih!" bentakku meronta hendak melepaskan cengkeraman tangannya.
Dia tak bergeming. Hanya berbalik menatapku dingin. Setelah itu, dia menarik lenganku lagi. Dadaku berdebar kencang. Baru kusesali, mengapa aku tak mendengarkan nasehat mama untuk menjauhi Abid. Firasat mama memang tak pernah salah. Lalu apa yang harus kuperbuat sekarang? Rumah megah ini sepertinya hanya dihuni oleh Abid dan aku. Teriakku hanya percuma.
Di ruang tengah. Abid membuka sebuah kamar lalu menyeretku masuk ke dalamnya. Aku ingin teriak. Meronta! Tapi pemandangan yang kudapatkan di dalam sana membuatku terpaksa mengurungkan niat itu. Di atas spring bed sana terbaring seorang lelaki tua. Kumis dan jenggot tumbuh liar di wajahnya, mata cekung dan tubuh kurusnya berjuntaian kabel-kabel infus. Abid melepaskan cengkeramannya di lenganku. Menghampiri lelaki itu dan entah kenapa, aku mengikuti langkahnya.
Dari matanya tersorot tatapan yang seolah pernah aku dapatkan sebelumnya. dan kalau pun tatapan itu tiada beda dengan tatapan Abid tapi hati kecilku masih yakin, jika aku pernah mendapatkan tatapan itu sebelumnya. Lelaki itu menangis! Juga Abid. Mungkinkah Abid memperkenalkan aku pada papanya sebagai orang yang akan menemani hidup Abid, jika kelak papanya meninggal?
"Nia, dia papaku! Dan harus kamu tahu juga jika lelaki tua ini adalah papamu."
Seperti sebuah petir menggelegar. Tapi hanya terdengar dalam kamar ini karena cuaca sedang terik di luar sana.
Lelaki tua itu meraih tanganku bahkan menciumnya. Dia mengangguk kemudian sebagai sebuah isyarat agar aku memeluk tubuhnya. Tapi itu tak aku lakukan. Kalau pun dia adalah papaku, bukankah kemarin dia telah menelantarkan hidupku. Melukai mama! Aku ingin berlari keluar, tapi aku tak tahan juga melihat tatapannya yang begitu bahagia seakan melepas semua kerinduannya untukku.
"Sebulan sudah dia mengering di sini," ungkap Abid menangis.
"Apa peduliku," ucapku membuat keduanya tersentak. Aku berlari keluar. Tapi saat di luar kamar Abid kembali menggenggam tanganku.
"Dia papamu, Nia! Kamu harus percaya itu."
"Jika dia adalah papaku, kenapa dia tak pernah mau tahu bagaimana nasibku."
Abid menatapku tajam. Kedua rahangnya terkatup keras seakan menahan gemuruh emosi yang kini menderanya. Dan memang, semenit kemudian tanpa pernah kuduga dia mendaratkan tamparan kerasnya ke wajahku. Perih sekali!
"Nia, karena kamu dan mamamu. Aku hidup dalam broken home. Papa tak pernah mencintai mamaku. Dia bahkan mengusir mamaku dari rumah ini. Bertahun-tahun dia mencari kamu dan mamamu, tanpa pernah mau tahu ke mana mamaku hidup, setelah dia usir dari rumah ini. Aku menderita karena kamu, Nia! Dan saat sebuah takdir mempertemukan kita dan mendengar semua cerita mamamu. Aku yakin kamulah yang selama ini menjadi bayang-bayang dalam kehidupanku. Dan jangan salahkan jika kemarin aku membalas sakit hatiku dengan melukaimu. Tapi melihat papa yang sakit-sakitan, aku tak tega untuk tidak menemuimu. Dia papamu juga!"
Aku terdiam. Aku ingin berbalik kembali melihat lelaki tua di kamar yang ternyata adalah papaku. Tapi bayangan air mata mama setiap bercerita tentang papa, tak mengijinkan aku untuk itu. Aku bergegas pergi.
"Nia, kamu tega melakukan ini?" ucap Abid menghalang langkahku.
Aku tetap melangkah.
Terus melangkah hingga akhirnya kudapatkan mama di rumah sedang duduk sendiri. Aku yakin, dia berpikir tentangku. Kutata rapi hatiku. Aku tak ingin mama tahu aku habis menemui Abid, apalagi sampai tahu kalau Abid adalah anak papa juga. Aku tak ingin mama terluka lagi.
"Mama melamun, ya?" godaku.
Mama masih diam seolah tak menyaksikan kehadiranku. Bahkan sedetik kemudian kudapatkan air matanya bergulir di pipi. Mungkinkah mama punya firasat kalau aku habis menemui Abid? Aku lebih baik jujur sebelum mama menginterogasiku.
"Maafkan aku, Ma! Aku menemui Abid hanya untuk mengatakan bahwa aku tak bisa menerima kehadirannya lag," ucapku meraba pundaknya.
"Mama yang salah. Wajah polos Abid mengingatkanku pada papamu. Dan luka masa lalu itu telah membuatku membencinya. Harusnya Abid kujadikan tempat untuk melepaskan rinduku pada papa."
"Mama rindu pada papa?" tanyaku antusias.
Mama mengangguk. Aku langsung menghambur ke pelukan mama. Tangisku di rumah Abid kini terulang lagi.
"Mama keliru telah membenci papamu, padahal aku tahu dia mencintaiku. Tapi eyangmu yang tak mengijinkan kami untuk bersatu."
Kulepaskan pelukanku pada mama. Ketika benakku berpikir untuk mengajak mama menemui papa tiba-tiba ponselku berdering. Dan itu dari Abid.
"Papa sekarat. Yah, papa! Kamu mau mengakuinya atau nggak, tapi itulah kenyataan. Dia selalu mengingau menyebut namamu."
Aku tak bisa bicara apa-apa. Air mataku luruh membayangkan wajah lelaki tua yang baru saja aku sakiti hatinya.
"Dari siapa?" tanya mama melihat diamku.
"Abid."
"Mendengar nama Abid kali ini seperti memberi firasat pada mama, papamu sekarang sedang tersiksa bahkan mungkin telah meninggal."
Aku tersentak. Tiba-tiba saja aku tak ingin kehilangan lelaki tua itu. Papaku! Cepat kutarik lengan mama dan mengajaknya ke rumah Abid, meski bibirku belum sanggup bicara tentang papa pada mama. Aku ingin mama tahu dan melihat sendiri apa yang akan terjadi di sana. Dan semoga saja firasat mama kali ini meleset.
be Creative
Seorang anak laki2 tunanetra duduk di tangga sebuah bangunan dengan sebuah topi terletak di dekat kakinya. Ia mengangkat sebuah papan yang bertuliskan: 'Saya buta, tolong saya.'
Hanya ada beberapa keping uang di dalam topi itu. Seorang pria berjalan melewati tempat anak ini. Ia mengambil beberapa keping uang dari sakunya dan menjatuhkannya ke dalam topi itu. Lalu ia mengambil papan, membaliknya dan menulis beberapa kata.
Pria ini menaruh papan itu kembali sehingga orang yang lalu lalang dapat melihat apa yang ia baru tulis.
Segera sesudahnya, topi itu pun terisi penuh. Semakin banyak orang memberi uang ke anak tuna netra ini. Sore itu pria yang telah mengubah kata-kata di papan tersebut datang untuk melihat perkembangan yang terjadi. Anak ini mengenali langkah kakinya dan bertanya, 'Apakah bapak yang telah mengubah tulisan di papanku tadi pagi? Apa yang bapak tulis?' Pria itu berkata, 'Saya hanya menuliskan sebuah kebenaran. Saya menyampaikan apa yang kamu telah tulis dengan cara yang berbeda.'
Apa yang ia telah tulis adalah: 'Hari ini adalah hari yang indah dan saya tidak bisa melihatnya.' Bukankah tulisan yang pertama dengan yang kedua sebenarnya sama saja? Tentu arti kedua tulisan itu sama, yaitu bahwa anak itu buta. Tetapi, tulisan yang pertama hanya mengatakan bahwa anak itu buta. Sedangkan, tulisan yang kedua mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka sangatlah beruntung bahwa mereka dapat melihat.
Apakah kita perlu terkejut melihat tulisan yang kedua lebih efektif?
Moral dari cerita ini: Bersyukurlah untuk segala yang kau miliki. Jadilah kreatif. Jadilah innovatif. Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda dan positif. Ajaklah orang-orang lain menuju hal-hal yang baik dengan hikmat. Jalani hidup ini tanpa dalih dan mengasihi tanpa rasa sesal. Ketika hidup memberi engkau 100 alasan untuk menangis, tunjukkan pada hidup bahwa engkau memiliki 1000 alasan untuk tersenyum. Hadapi masa lalumu tanpa sesal. Tangani saat sekarang dengan percaya diri. Bersiaplah untuk masa depan tanpa rasa takut. Peganglah iman dan tanggalkan ketakutan. Orang bijak berkata, 'Hidup harus menjadi sebuah proses perbaikan yang terus berlanjut, membuang kejahatan dan mengembangkan kebaikan... Jika engkau ingin menjalani hidup tanpa rasa takut, engkau harus memiliki hati nurani yang baik sebagai tiketnya. Hal yang terindah adalah melihat seseorang tersenyum.. Tapi yang terlebih indah adalah mengetahui bahwa engkau adalah alasan di belakangnya! !!
Aku Tidak Takut..
I'm not afraid to take a stand
Everybody come take my hand
We'll walk this road together, through the storm
Whatever weather, cold or warm
Just let you know that, you're not alone
Holla if you feel that you've been down the same road
Yeah, It's been a ride...
I guess I had to go to that place to get to this one
Now some of you might still be in that place
If you're trying to get out, just follow me
I'll get you there
You can try and read my lyrics off of this paper before I lay 'em
But you won't take this thing out these words before I say 'em
Cause ain't no way I'm let you stop me from causing mayhem
When I say 'em or do something I do it, I don't give a damn
What you think, I'm doing this for me, so fuck the world
Feed it beans, it's gassed up, if a thing's stopping me
I'mma be what I set out to be, without a doubt undoubtedly
And all those who look down on me I'm tearing down your balcony
No if ands or buts don't try to ask him why or how can he
From Infinite down to the last Relapse album he's still shit'n
Whether he's on salary, paid hourly
Until he bows out or he shit's his bowels out of him
Whichever comes first, for better or worse
He's married to the game, like a fuck you for christmas
His gift is a curse, forget the earth he's got the urge
To pull his dick from the dirt and fuck the universe
I'm not afraid to take a stand
Everybody come take my hand
We'll walk this road together, through the storm
Whatever weather, cold or warm
Just let you know that, you're not alone
Holla if you feel that you've been down the same road
Ok quit playin' with the scissors and shit, and cut the crap
I shouldn't have to rhyme these words in the rhythm for you to know it's a rap
You said you was king, you lied through your teeth
For that fuck your fillings, instead of getting crowned you're getting capped
And to the fans, I'll never let you down again, I'm back
I promise to never go back on that promise, in fact
Let's be honest, that last Relapse CD was "ehhhh"
Perhaps I ran them accents into the ground
Relax, I ain't going back to that now
All I'm tryna say is get back, click-clack BLAOW
Cause I ain't playin' around
There's a game called circle and I don't know how
I'm way too up to back down
But I think I'm still tryna figure this crap out
Thought I had it mapped out but I guess I didn't
This fucking black cloud still follow's me around
But it's time to exercise these demons
These motherfuckers are doing jumping jacks now!
I'm not afraid to take a stand
Everybody come take my hand
We'll walk this road together, through the storm
Whatever weather, cold or warm
Just let you know that, you're not alone
Holla if you feel that you've been down the same road
And I just can't keep living this way
So starting today, I'm breaking out of this cage
I'm standing up, Imma face my demons
I'm manning up, Imma hold my ground
I've had enough, now I'm so fed up
Time to put my life back together right now
It was my decision to get clean, I did it for me
Admittedly I probably did it subliminally for you
So I could come back a brand new me, you helped see me through
And don't even realise what you did, believe me you
I been through the ringer, but they can do little to the middle finger
I think I got a tear in my eye, I feel like the king of
My world, haters can make like bees with no stingers, and drop dead
No more beef flingers, no more drama from now on, I promise
To focus soley on handling my responsibility's as a father
So I solemnly swear to always treat this roof like my daughters and raise it
You couldn't lift a single shingle on it
Cause the way I feel, I'm strong enough to go to the club
Or the corner pub and lift the whole liquor counter up
Cause I'm raising the bar, I shoot for the moon
But I'm too busy gazing at stars, I feel amazing and
I'm not afraid to take a stand
Everybody come take my hand
We'll walk this road together, through the storm
Whatever weather, cold or warm
Just let you know that, you're not alone
Holla if you feel that you've been down the same road
Family Gathering 26 PRAJAB CPNS BPN RI
Tanggal 28-04-2011 anak prajab angkatan 26 CPNS BPN RI 2009, ngadain gathering... kumpul-kumpul di grandindonesia daerah jakarta pusat, acara ini diadakan oleh angkatan prajab kami, karena sebentar lagi berpisah dari orientasi tugas yg diadakan selama setahun di jakarta.
Acara yang ini diadakan dengan berangkat dari kantor sisingamangaraja sepulang pengarahan cpns di aula prona lt 7, kami berangkat bareng dgn menggunakan busway
Proses Dalam Menjadi Pemimpin...
Sunyi di Keramaian...
Aku Merenung Menatap Surya
Berjalan di Pasar
Mendaki Lautan Amarah
Namun Hati Tak Pernah Ramai
Terlelap didalam Kalbu
Berpikir Picik di Dunia Biru
Melakukan Inovasi di dunia itu
Namun Hati Tak Pernah Ramai
Komunikasi dengan Para Pesimis Kabel
Menggores kata di setiap detik
Kebohongan selalu mengiringi
Namun Hati Tak Pernah Ramai
Berbicara pada Pencipta
Kenapa???
Kenapa Hati ini Tak Ramai
Kenapa Manusia selalu Merasa Kecil
Ditengah Kebesarannya
Kenapa Aku tak Pernah melihat debu
Ketika Sang Mega ku pikul
Pencipta hanya Padamu ku Berdoa
Hati ini Tak bisa Bohong
Berikan Keajaiban Jalanmu
...
Kesal Pada Mereka...
:( :( :(
Argghhh...
Hey !!!
Udah hampir 2 Minggu ini aq gak m***i arghhh...
Ini gara gara kesialan kemarin yang membuat aku terluka dan supaya luka-nya cepat kering terpaksalah aku melaksanakan TAPA BRATA tadi..
Kesialan yang membuat hidupku tidak segar selama hampir two week.
But, aku mau nyalahkan siapa lagi salah aku sih.
Tapi Aku masih NGAK terima, memang itu salah aku tapi kan kalo tidak kesana aku gak bakal kayak gini...
Arghhh...
Mau nuntut gak bisa teman sendiri, tersiksa cuy, gak m***i itu. Memang ada cewek yang demi kualitas Rambutnya supaya tidak terganggu tahan tidak m***i...
Tapi ini hampir 2 minggu danmereka kan cewek, udah biasa mengorbankan tubuh hanya untuk Penampilan mereka, aku kan gak kayak gitu...
Jadi selama itu aku ngak dapat feel-nya untuk ngerjain semuanya,
yang ada malah aku-nya Bohong sana-sini
nah kok larinya ke BOHONG... hah pokok-nya gara-gara kesialan itu kesialan gue nambah-nambah... :(
Pokoknya Aku Gak Terima, kapan-kapan aku akan balas dendam ini pada kalian Berdua (Lagi Jahat dan Pengen jadi Bolis Nih)
AWAS KALIAN...
Argghhh...
Hey !!!
Udah hampir 2 Minggu ini aq gak m***i arghhh...
Ini gara gara kesialan kemarin yang membuat aku terluka dan supaya luka-nya cepat kering terpaksalah aku melaksanakan TAPA BRATA tadi..
Kesialan yang membuat hidupku tidak segar selama hampir two week.
But, aku mau nyalahkan siapa lagi salah aku sih.
Tapi Aku masih NGAK terima, memang itu salah aku tapi kan kalo tidak kesana aku gak bakal kayak gini...
Arghhh...
Mau nuntut gak bisa teman sendiri, tersiksa cuy, gak m***i itu. Memang ada cewek yang demi kualitas Rambutnya supaya tidak terganggu tahan tidak m***i...
Tapi ini hampir 2 minggu danmereka kan cewek, udah biasa mengorbankan tubuh hanya untuk Penampilan mereka, aku kan gak kayak gitu...
Jadi selama itu aku ngak dapat feel-nya untuk ngerjain semuanya,
yang ada malah aku-nya Bohong sana-sini
nah kok larinya ke BOHONG... hah pokok-nya gara-gara kesialan itu kesialan gue nambah-nambah... :(
Pokoknya Aku Gak Terima, kapan-kapan aku akan balas dendam ini pada kalian Berdua (Lagi Jahat dan Pengen jadi Bolis Nih)
AWAS KALIAN...
Lulusan Luar VS Lulusan Lokal (Sebuah Pandangan tentang Pendidikan)
"Attitude, determined your altitude"
Want to be On Top, watch your attitude... Education is not Everything
Makin banyak sekarang perusahaan menengah maupun besar yg iklannya ada kriteria: "preferred overseas graduate" yg artinya lebih memilih lulusan luar negeri.
jika dikaji maka ada kelebihan dan kekurangan untuk orang yang disekolahkan di luar, seseorang itu akan lebih:
1. Mandiri, karena memang di luar negeri dituntut untuk hidup sendiri dan memenuhi segala kebutuhan hidup sendiri.
2. Percaya diri, karena di luar negeri untuk survive mau tidak mau harus menumbuhkan rasa percaya diri agar tidak jadi super kuper
3. Bekerja cepat, karena persaingan sewaktu hidup dan belajar di luar membentuk mereka untuk bekerja lebih cepat dibanding orang lokal sana
4. Kreatif/tidak mudah menyerah, karena lagi-lagi sebagai orang asing dari negara ketiga hidup dengan keterbatasan sehingga memicu mereka untuk jadi kreatif.
Want to be On Top, watch your attitude... Education is not Everything
Makin banyak sekarang perusahaan menengah maupun besar yg iklannya ada kriteria: "preferred overseas graduate" yg artinya lebih memilih lulusan luar negeri.
jika dikaji maka ada kelebihan dan kekurangan untuk orang yang disekolahkan di luar, seseorang itu akan lebih:
1. Mandiri, karena memang di luar negeri dituntut untuk hidup sendiri dan memenuhi segala kebutuhan hidup sendiri.
2. Percaya diri, karena di luar negeri untuk survive mau tidak mau harus menumbuhkan rasa percaya diri agar tidak jadi super kuper
3. Bekerja cepat, karena persaingan sewaktu hidup dan belajar di luar membentuk mereka untuk bekerja lebih cepat dibanding orang lokal sana
4. Kreatif/tidak mudah menyerah, karena lagi-lagi sebagai orang asing dari negara ketiga hidup dengan keterbatasan sehingga memicu mereka untuk jadi kreatif.
Hitam Vs Putih
Oleh Fitriana Dinarwati
Penulis adalah mahasiswa Univ. Sebelas Maret Surakarta
"Gila kamu. Bagaimana otakmu sampai mempunya pikiran sebejat itu?"
"Tapi ibu sakit. Akan lebih bejat lagi kalau kita membiarkan ibu sekarat digerogoti penyakit sialan itu. Kamu tega melihatnya Har?"
"Kan masih banyak cara lain untuk mendapatkan uang. Cara yang jauh lebih layak dan halal daripada rencanamu itu."
"Cara lain? Cih! Cara apa coba? Aku ingin tahu. Dengan bekerja lebih keras? Jadi kamu pikir selama ini aku kurang bekerja keras, begitu? Kamu sendiri tahu kan betapa besar pengorbananku untuk bisa bekerja? Aku sampai tidak melanjutkan sekolah! Cita-citaku harus kukubur dalam-dalam. Itu menyakitkan Har. Dan selama tiga tahun aku bekerja membanting tulang kamu bilang kerjaku kurang keras? Dengar ya, sekeras apa pun kita berusaha, kita tetap tidak akan bisa hidup enak. Sekali kita dilahirkan miskin, akan selamanya miskin. Kaya atau miskin itu keturunan."
Penulis adalah mahasiswa Univ. Sebelas Maret Surakarta
"Gila kamu. Bagaimana otakmu sampai mempunya pikiran sebejat itu?"
"Tapi ibu sakit. Akan lebih bejat lagi kalau kita membiarkan ibu sekarat digerogoti penyakit sialan itu. Kamu tega melihatnya Har?"
"Kan masih banyak cara lain untuk mendapatkan uang. Cara yang jauh lebih layak dan halal daripada rencanamu itu."
"Cara lain? Cih! Cara apa coba? Aku ingin tahu. Dengan bekerja lebih keras? Jadi kamu pikir selama ini aku kurang bekerja keras, begitu? Kamu sendiri tahu kan betapa besar pengorbananku untuk bisa bekerja? Aku sampai tidak melanjutkan sekolah! Cita-citaku harus kukubur dalam-dalam. Itu menyakitkan Har. Dan selama tiga tahun aku bekerja membanting tulang kamu bilang kerjaku kurang keras? Dengar ya, sekeras apa pun kita berusaha, kita tetap tidak akan bisa hidup enak. Sekali kita dilahirkan miskin, akan selamanya miskin. Kaya atau miskin itu keturunan."
Andai Dia Tahu
OLEH ROSE LINDA
Di dalam lift menuju lantai tujuh, Lobo berkeringat. Tentu saja bukan karena gerah. Lobo gemetaran karena takut. Ini kali pertama Lobo naik lift. Rara ikut panik. Ia khawatir, jangan-jangan saudaranya ini mengidap acxrofobia, ganguan mental karena takut pada ketinggian atau tempat yang tinggi. Bisa gawat, kan
Rara memegang tangan Lobo kuat-kuat dan bernyanyi-nyanyi kecil. Ia berusaha menentramkan hati Lobo. Lobo ikut bernyanyi, membuat Rara jadi lega.
Di lantai tujuh , pintu terbuka. Saat keduanya keluar dari lift. Tiba-tiba Lobo berseru: "Sandalku dimana?"
Rara melotot. "Emang elo lepas di mana sandal butut elo?"
"Tadi waktu masuk kamar ini. kita harus jaga kebersihan, Ra? Sandalku kotor, jadi harus aku lepas di luar, supaya tidak bikin kotor lantai kamar. Kok sekarang tidak ada?"
Di dalam lift menuju lantai tujuh, Lobo berkeringat. Tentu saja bukan karena gerah. Lobo gemetaran karena takut. Ini kali pertama Lobo naik lift. Rara ikut panik. Ia khawatir, jangan-jangan saudaranya ini mengidap acxrofobia, ganguan mental karena takut pada ketinggian atau tempat yang tinggi. Bisa gawat, kan
Rara memegang tangan Lobo kuat-kuat dan bernyanyi-nyanyi kecil. Ia berusaha menentramkan hati Lobo. Lobo ikut bernyanyi, membuat Rara jadi lega.
Di lantai tujuh , pintu terbuka. Saat keduanya keluar dari lift. Tiba-tiba Lobo berseru: "Sandalku dimana?"
Rara melotot. "Emang elo lepas di mana sandal butut elo?"
"Tadi waktu masuk kamar ini. kita harus jaga kebersihan, Ra? Sandalku kotor, jadi harus aku lepas di luar, supaya tidak bikin kotor lantai kamar. Kok sekarang tidak ada?"
Kegiatan Orientasi CPNS Bareng 22 (Pic Shoot)
Penempatan sudah menjelang kira Photo-photo ini mengenangkan gak yah
gayanya pada kelaparan pengen makan orang...
hah, ngaping nih anak... SIAPA YANG NGERJAIN???
dihembuss angin Sore pada Teriak kayak Kesurupan...
wah 22 anak BPN pada mau ngukur... Ngukur mazzz (goyang mode;on)
Para executive, lagi makan siang in Pizza Hut, (hey mbaknya dibelakang ngapain???)
biezz Olahraga Badminton Cowok, lumayan MENANG (menanggung malu kakakakaka)
D'cozt Action Makan Besar...
hayo mau kemana si Wike.. hahahaha :D
22 lagi belajar untuk mengerti bagaimana sih perencanaan RKAKL, serius amat lihat buku-bukunya pada berantakan...
gayanya pada kelaparan pengen makan orang...
hah, ngaping nih anak... SIAPA YANG NGERJAIN???
dihembuss angin Sore pada Teriak kayak Kesurupan...
wah 22 anak BPN pada mau ngukur... Ngukur mazzz (goyang mode;on)
Para executive, lagi makan siang in Pizza Hut, (hey mbaknya dibelakang ngapain???)
biezz Olahraga Badminton Cowok, lumayan MENANG (menanggung malu kakakakaka)
D'cozt Action Makan Besar...
hayo mau kemana si Wike.. hahahaha :D
22 lagi belajar untuk mengerti bagaimana sih perencanaan RKAKL, serius amat lihat buku-bukunya pada berantakan...
DOA ORANG LAGI DIET...
DOA ORANG-ORANG YG LAGI DIET...
Tuhan , berilah aku kekuatan agar tidak jatuh ke dalam genggaman Kolesterol.
Biarkan aku tidak tergoda kepada makanan yang Berlemak.
Berilah aku KuasaMU untuk memerangi setan yang bersembunyi di balik semua camilan.
Dan berilah aku Hikmat agar dapat melihat Baalzebul di tiap batang coklat, serta Lucifer
yang bertahta disetiap pizza dan Black Forrest.
Tuhan, ajarlah aku untuk dapat melihat Kejahatan yang bersembunyi di balik semua
makanan berpasta, mayonnaise, dan ayam goreng crispy.
Dan ini yang terakhirTuhan, jika Engkau sungguh mengasihiku,
aku tidak hanya minta Engkau mengawasi Mulutku dan berjaga pada pintu bibirku,
tetapi Katupkanlah mulutku dan buatlah perutku selalu terasa Kenyang ya Tuhan ya???
NB: "Doa orang Diet, besar Pahalanya"....Wkwkwkwkwk!!!
Apa itu Pasangan Hidup yang Seimbang dan Terbaik...
Hari ini aku berpikir tentang hidup yang kata orang harus dan wajib hukumnya untuk memiliki pasangan hidup jika ia ingin merasa bahagia dalam hidupnya.
Sudah banyak tulisan tentang hal ini namun saya ingin sekali berbagi tentang pasangan hidup ini, banyak sekali klasifikasi tentang pasangan hidup setiap orang punya klasifikasi yang berbeda, saya ingin membagikannya dengan sebuah cerita:
Suatu ketika ada teman saya mengikuti sebuah games yg menyuruh pesertanya mengisi selembar kertas kosong berisi kriteria Yang mereka harapkan. Mereka diberi waktu hanya lima menit, apa yang terjadi??? Tentunya sudah bisa diprediksi lembaran itu penuh sekali semua, semua pesertanya mengisi dengan semangat termasuk teman saya tadi. Kemudian setelah itu mereka kembali diberikan selembar kertas kemudian isuruh membuat kelemahan yg ada pada diri sendiri. Untuk ini waktunya diberikan 30 menit apa yang terjadi??? Rata-rata mereka hanya mengisi 4-5 kelemahan diri sendiri.
Dari cerita diatas jika boleh saya memikirkannya, Kenapa kita menerapkan standar yang tinggi pada calon pasangan kita?
Bukankah semakin banyak kita menerapkan syarat itu itu hanya akan menyulitkan diri sendiri?
Sudah banyak tulisan tentang hal ini namun saya ingin sekali berbagi tentang pasangan hidup ini, banyak sekali klasifikasi tentang pasangan hidup setiap orang punya klasifikasi yang berbeda, saya ingin membagikannya dengan sebuah cerita:
Suatu ketika ada teman saya mengikuti sebuah games yg menyuruh pesertanya mengisi selembar kertas kosong berisi kriteria Yang mereka harapkan. Mereka diberi waktu hanya lima menit, apa yang terjadi??? Tentunya sudah bisa diprediksi lembaran itu penuh sekali semua, semua pesertanya mengisi dengan semangat termasuk teman saya tadi. Kemudian setelah itu mereka kembali diberikan selembar kertas kemudian isuruh membuat kelemahan yg ada pada diri sendiri. Untuk ini waktunya diberikan 30 menit apa yang terjadi??? Rata-rata mereka hanya mengisi 4-5 kelemahan diri sendiri.
Dari cerita diatas jika boleh saya memikirkannya, Kenapa kita menerapkan standar yang tinggi pada calon pasangan kita?
Bukankah semakin banyak kita menerapkan syarat itu itu hanya akan menyulitkan diri sendiri?
Your Face...
Coba tebak ini wajah siapa ???
░░░░░░░░░░░░░░░░▒░░░░░░░░░░░▒░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░
░░░░░░░░░░░░░░░░░▒▒▒░░░░░░░░░░░░░░░░░█░░░░░░░░░░░░░░░░░
░░░░░░░░▒░▒▒░▒▒▓░▓▓▓▒▒▒▒░░░░░░▒░░░░░░██▓░░░░░░░░░░░░░░░
░░░░░░░░▒▒▒▒░░▒▒▒░▓▓▒▒▒░░░░░░░░░░░░░░░██▓░░░░░░░░░░░░░░
░░░░░░░▒▒▒░▒░░▒░▒░▒▓▓▓▓▒░░░░░░░░░░░▒░▒░▓█▓░░░▒░░░░░░░░░
░░░▒▒░░▓▒▒▒░░░▒░░▒░░▓▓▓▒▒▒░░░░▒▒▒▒▒▒▒░▒▒▓█▒░▒░▒░░░░░░░░
░░░▒▒░░▓▒▒▒░░░▒░░░▒░▒▓▓▒▒▒▒▒▒▒░▒▒▒▒░▒▒▓▓▓▓█░█▒░▒░░░░░░░
▓░░▒▓▒░▒▒▒▒▒░░░░░▒▒▒▒▓▓▒▒▓▓▓▒░▓▒░░▓▓███████▓▒█▒░▒░░▒░░░
▓░░▒▓▓▒▒░░░▒▒░░░░░▒▒▓▓▓▓▓▓▓▒▓▓▒░▓███████████░█▓░░▒░░▓░░
▓░░▓▓▒▒░▒░░░░░░░░░▒▒▒▓█▓█▓▓▓▓▒▓████▓▓███████▓░▓▒░░▒░░▒░
▒█░▓▓▒░░▒░░░░░░░░░░░░░▓▓▓▓▓▓▓████▓░░░▒▓██████░▓▓▒░░▒░░░
░█░▓▓░░░▒░░░░░░░░░░░░▒▓██████████▓░░░░▓██████░▒▓▓▒░▒░░░
░█▓▓▓███████████▓▓▓▒▓███▓██████████▓▓▓██████▒░░░▒▓░░▒░░
▒██░███████████████████░░░░░░░▒▒▓▓██████▓▓▒░░░░▒▒█▒░▒░░
▓██▒▓███▓▒░░▒█████████▓░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░▒░░█▓░░▒░
▓▓▓█▒███▓░░░░▓███▓▓▓▓▓▓░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░░▓█▒░▒░
▓▓▒██▒▓███▓▓██▓▒░▒▓▓▒▓█░▓▒██▓░░░░░░░░░░░░░░░░░░▒▒▓██░░░
▓█▓▓████████▓▒░░░▒▒▒▒▓▓▓███████▓▒▒▒▒░░░░░░▓▓░█▓▒▓▓██▒░░
▓██▓▒▒▓▓▓▓▓░░░░░▒░░▓▓▒▓███░▓████▒░░▒▒▒▒▒▓▓▒▓▓▒█▒▓▓▓█▓░░
▓█▓▓▓▒▒░░░░░░░▒▒░░▓▓▒▓███▓░░▒▓▒▓░░░░░░▒▒▓██▓▓▒▓▓▓▓▓██░░
▓█▓▒░▒░░░░░░▒█▓░░▓░▒▓█▓▒▓▒░▓░░░░░░░░░░░▒████▓▓▓▓▓▓▓█▓▒░
▓█▓▓▓▓▒░░░▒██▓░▓▓░▒█▒▓▒░░░░▒░░░░░░░▒▓████▒▓█▓▓▒▓▓▓▓▓▓▒░
▓▓█▓▓▓░░░▓██▓▓▓▓▓▓▓▓░▒▒░░░░░░░░░▓█████▓██▒░█▒▓░▓▓▓▓▓▓▓░
▒▓███▓▓▓▓██▓▓██▓██▒▓▓▓▓▓░▒▒▓████████░░░▒█▓▒█▒░░▓▓▓▓▓▓▓░
░▓▓████▓▓▓█▓██████▓███████▓████▒░▓██▒░▒░▓█▓█░░░▓▓▓▓▓▓▓░
░▒▒█████▓▓█▓▓██████▓█▓████░░███░░░███░░▒░███░▒▒▓▓▓█▓▓▓▒
░▓░▓█████▒▓█▓▓██▓█▓▓▒▒▒███░░▓██▓░░▓██▓░▒░▓██░▒▒▓▓█▓▓▓▓▒
░░▓░▓█████▒▓▓▓▓█▓██▒░▒░▓██▓░░███░░░███░░▒░██░░▒▓▓█▓▓▓▓▒
░░▓▓▒██████▓▓█▓▓███▓░░░░███░░▓██▒░░▓██▓░▒░▓▓░░▓▓██▓▓▓▓▒
▒░▒▓▓▓██████▓▓█▓▓███░░▒░▓██▒░░██▓░░░██▓░░▒▓░░░▓▓█▓▓▓▓▓▒
▒░░▓▓▓▓▓█████▓██▒▒███░▒░░██▓░░▓█▓░░░░░▒░░▓▓░░░▒▓█▓▓▓▓▒▒
▒░░░▓▒▓▓▓█▓███▓█▓▒▒██░░▒░▓█▓░░░░▓░░░░░▓░░▓▓░░░▒▓█▓▓▓▓▒▒
▓░░░▓▓▒▓▓██▓█████▓▒▒█▓░░░░░▓░░░░▓▒░░░░░▓░▓▒▒░░▓██▓▓▓▓▒▒
▒▒░░░▓░▓▓▓██▓█████▓▓▓██▓▓░░▓▒░░░░█░░░░░▒▓▒▓░░░▓██▓▓▒▒▒░
▒▓░░░▒▓░█▓▓▓▓▓▓███▓▓▓▓███▓░░▓░░░░▒▒░░░░▒▓▓▓░░░▓█▓▓▓▒▒▒▒
░▓▒░░░▓▒▓█▓▓▓▓▓▓████▓▓▓███▓▒▓▓░░░░█▒▒▒▒▒▓▓░░░░▓█▓▓▓▒▒░▒
░▒█░░░░▓░▓▓▓▓▓▓▓▓▓███▓▓▓███▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▒░▓▓░░░░▒█▓▓▓▓▒▒░░
▒░█▒░░░▒▓░█▓▓▒▓▓▓▓▓███▓▓▓▓███▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓█▓░░░░▓█▓▓▓▓▒▒░░
▒░▒▓░░░░▓▒▓▓▓▓▒▓▓▓▓▓████▓▓▓▓███████▓▓▓▒▒░░░░░▓█▓▓▓▓▒▒░░
░░░▓▒░░░░▓▒▓▓▓▓▒▓▓▓▓▓█████▓▓▒▓▓▓▓▒▓▓▒░░░░░░░░█▓▒▓▓▒░▒░░
░░░░█░░░░▒▓▒▓▓▓▒▒▓▓▓▓▓██████▒▒▒▓░░░░░░░░░░░░▓█▓▒▓▓▒░▒░░
░░░░▓▓░░░░▒▒▒▓▒▒▒▒▓▓▓▒▓██████▓░░░░░░░░░░░░░░▓█▒▒▓▓▒░▒░░
░░░▒░█▒░░░░▒▒▒▓▒▒▒▒▓▓▓▒▓█▓▓████▓░░░░░▓█▓█▒▓▓▓▓░▓▓▓▒░▒░░
▒░░░▒▒█░░░░░▒▒▒▓▒▒▒░▓▓▒▒▒█▓▓████████████████▓▒░▒▓▒▒░▒░░
▓░░░░▒██░░░░░▒▒▒▓▒▒▒░▓▓▒▒▓█▓▓██████████████▓▓▒░▒▓▒▒░▒▒░
▓▒░░░░▒▓▒░░░░░▒░░▒░▒▒░▒▓▒▒▓▓▓▓▓██▓▓██▓▓▓▓▓▓▓▒░░▒▒▒░░░░░
Sebuah Pertanyaan Jiwa...
Satu waktu yang kudoakan
agar kau yang tercipta
hadir dalam gelapnya hatiku
peluk tubuhku yang sudah peluh
genggam tanganku dengan erat
berjalan bersamaku dalam setiap waktu
tersenyum untukku dalam sedihku
hibur hari-hariku yang penat
satu waktu yang hanya dalam bayang
kau hanya cerita dalam mimpiku
bagai malaikat yang tak kunjung datang
menghiasi anganku
be...
Negeri Diatas Awan
Di bayang wajahmu
Kutemukan kasih dan hidup
Yang lama lelah aku cari
Dimasa lalu
Kau datang padaku
Kau tawarkan hati nan lugu
Selalu mencoba mengerti
Hasrat dalam diri
Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Dimana kedamaian menjadi istananya
Dan kini tengah kaubawa
Aku menuju kesana
Ternyata hatimu
Penuh dengan bahasa kasih
Yang terungkapkan dengan pasti
Dalam suka dan sedih
Subscribe to:
Posts (Atom)
Text widget
Blog Created by Sarman P.Sagala. Powered by Blogger.
Popular Posts
-
Nongkrong malam di Tung Tau Tung Tau begitulah namanya diambil dari nama belakang pendiri Tung Tau akoh Mr. Fung Tung Tau dan Warung ...
-
Cerita Kali ini saya akan memberikan sejumlah Pendem (Kuburan dalam Bahasa Bangka) yang berada di Tengah Kota Pangkalpinang Kerkhof, ten...
-
Konon ini adalah salah satu status Facebook dari bang'Gonzales sebelum pertandingan Final AFF Indonesia vs Malaysia .... pokoknya Gokil ...
-
Kali ini saya ingin menampilkan Pesona Tersembunyi dari Perjalanan Fotograf saya di Jembatan Baturusa yang terletak di Kecamatan Merawang,...
-
Pelayan aneh Dari taufan@satelindo.co.id : Seorang pria masuk ke sebuah rumah makan dan duduk di satu-satunya meja yang tersisa. Setelah dud...
-
Prosesi Pernikahanku Pernikahan , yah pernikahan itu impian setiap manusia yang masih sendiri. Dan bagi saya pernikahan itu telah terja...
-
Edisi Hunting Photo Memang Gak ada matinya, pada tulisan kali ini saya mencoba menampilkan hasil Photo Photo Hunting saya di Ja...
-
Sungailiat kota Berteman (Bersih Tertib dan Aman) kota kecil yang ada di pulau Bangka Ini Menawarkan kehangatan Sore dan Malam yang Indah...
-
Menjadi “sama dan serupa” dengan remaja lain merupakan keinginan dari semua remaja. Saya ingat benar bagaimana sebagai seorang remaja dalam ...
-
Our Father in Heaven (Bapa Kami yang di Surga) Our Father who art in heaven, hallowed be thy name. Thy kingdom come. Thy will be done on ea...
0 komentar:
Yang Berkunjung, Wajib Komentar